Monday, November 21, 2016
Setangkai Daun yang Gugur. Part 24
Melina tidak ingat kapan terakhir kali ia tertawa sebebas ia tertawa saat itu. Nyaman dan merasa ringan. Carefree. Seolah tidak ada kewajiban dan kehidupan lain, selain mendengarkan cerita dan menikmati suara Eli, yang datang menyentuh dan membelai telinga Melina seperti old lover.
Old lover?
Melina merasakan wajahnya memerah. Bagaimana ia mampu memikirkan hal seaneh “old lover” dengan seorang yang ia baru kenal ?
Di seberang meja plastic Eli mengangkat alis….
Untung waktu itu mesin yang mencuci karpet mengeluarkan suara ‘beep’ , tanda cucian selesai dan siap untuk di keringkan.
“Cucian selesai….” Ucap Melina dan secpatnya mohon diri untuk menaruh cucian di pengering.
Melina merasakan tatapan Eli mengikuti gerakannya. Seperti kemarin di park, tatapan Eli membuat darah Melina mengalir panas seperti lava dengan keinginan besar untuk….Melina menngelengkan kepalanya. Old lover….sekarang mikirin ini? Ah…..
Dengan tergesa Melina menuju ke mesin cuci dan menyembunyikan dirinya dari tatapan Eli di belakang mesin.
Tapi persembunyian itupun hanya berjumlah beberapa detik. Karena waktu Melina mengeluarkan karpet dari mesin cuci kedua, Eli juga mengeluarkan karpet dari mesin ketiga.
Old lover…..lava mendidih panas……
Wajah Melina memerah lagi.
Sekali lagi Melina melihat Eli mengangkat alis mata.
Oh…god…..help me here…..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment