Saturday, February 27, 2016

Bubur Sumsum dan Jajan Laklak.

Bubur sumsum dan jajan laklak.



Apa itu ya? Buat orang yang lahir di luar pulau Bali, mungkin lumayan  kenal dengan bubur sumsum, karena bubur ini mulai jadi bubur camilan national. Tapi jajan laklak? Pasti kebanyakan orang pada bingung deh. 

Jajan laklak adalah salah satu jajan kas Bali, dibuat dari tepung beras dan santan, yang dipanggang dicetakan seperti cetakan kueh bikang yang dangkal. Cetakan asli di buat dari tanah. Seperti kueh kas Bali yang lainnya, jajan laklak disajikan dgn ditaburi kelapa parut dan gula Jawa, atau kalau di Bali, namanya gula Bali.

Saya ingat waktu kecil, di persimpangan jalan dekat rumah saya, ada ibu yang jual kueh kas Bali ini. Tiap hari  Ibu Sayu, mulai buka dagangan pada jam dua-an sore. 

Ia berjalan dari rumahnya yang cukup jauh, dengan kapar kayu yg lumayan lebar dingusung di atas kepalanya. Kapar kayu ini penuh dengan bermacam kueh kas Bali. Ibu Sayu selain mengusung kapar lebar yang lumayan berat di atas kepalanya, ia juga membawa kursi kayu kecil /tingklik dengan salah satu tangannya. Tangan yang lainnya membawa ember ukuran  sedang yang berisi daun pisang untuk membungkus jajan yang dijual. Coba bayangkan, ibu Sayu berjalan dengan kapar lebar dan berat di atas kepala sedangkan  dua tangannya penuh, Ibu Sayu lebih hebat dari tukang acrobat. Benar nggak? 

Tiap sore banyak orang yang antri untuk beli jajan kas Bali buatan Ibu Sayu. Banyak langganan dari perumahan sekitar persimpangan tapi banyak juga datang dari seberang kota. Saya termasuk salah satu langganan  tersebut. Biasanya saya diberi uang jajan Rp.25 untuk beli jajan di Ibu Sayu. Selain jajan laklak dan bubur sumsum, Ibu Sayu juga membuat dan jual ; jajan bendu,  jajan ketan hitam, jajan pisang-rai, klepon, jajan urug-urug, jajan pukis, jajan kembang beras, singkong kukus gula merah, jajan pulung-pulung , ongol-ongol dan beberapa macam jajan kas Bali yang lain yang semua enak dan favorite saya. Tapi dengan Rp.25 saya hanya bisa pilih lima macam. Bayangkan kesulitan yang saya hadapi dalam memilih jajan tersebut. 

Kapan hari, waktu  saya pulang ke kota halaman, saya  lewat persimpangan jalan tersebut dan memory dari jaman dulu muncul di hati saya. Ibu Sayu tentu saja sudah pension. Tapi melihat tempat dimana biasanya Ibu Sayu berjualan yang kosong, sejenak hati saya merasa kosong juga. Rindu dengan jajan kas Bali buatan Ibu Sayu. Rindu juga dengan keramahan Ibu Sayu meladeni langganannya. 

Sekarang kalau saya mau jajan Bali, saya harus buat sendiri. Yang paling gampang dibuat  ya, bubur sumsum itu. Sedikit  tepung beras dimasak dengan satu kaleng santan, voila, bubur sumsum siap dihidangkan dengan gula Bali yang sudah dilelehkan. Beberapa bulan yang lalu di toko rombengan saya temukan cetakan yang mirip dengan cetakan jajan laklak. Dengan resep dari Internet, akhirnya saya bisa juga menikmati jajan laklak di sini. 





2 comments:

  1. I hope you sell jajan laklak in your restaurant.. that would be awesome, Feona...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha...ha...awesome, tapi siapa yang mau beli?

      Delete