Hari Nyepi.
Jaman dulu, waktu saya masih kecil, hari raya Nyepi adalah salah satu hari raya yang saya tidak sabar tunggu kedatangannya. Bukan karena saya akan mendapatkan hadiah atau baju baru pada hari ini tapi, karena pada hari Nyepi, semua jalan di pulau Bali, tempat saya tinggal, bebas dari kendaraan ; truck, mobil atau sepeda motor.
Hari raya Nyepi adalah hari Tahun Baru untuk agama Hindu di pulau Bali. Pada hari Nyepi, umat Hindu harus me-Nyepi : tidak bekerja, tidak menyatakan lampu atau api dan tidak mengendarai kendaraan. Untuk penduduk pulau Bali yang tinggal di desa kecil yang sepi, hari raya Nyepi mungkin tidak mempunyai banyak perbedaan dengan hari lainnya. Tapi untuk penduduk yang hidup di tengah kota, seperti keluarga saya, dimana setiap hari dan tiap saat banyak kendaraan yang simpang siur, hari raya Nyepi benar-benar menjadi hari raya yang istemewa.
Pada hari raya Nyepi, begitu saya diberi ijin untuk main keluar rumah, kegiatan pertama yang saya lakukan adalah menyebrang jalan ke tetangga di depan rumah. Merasa bangga bisa menyebrang jalan tanpa dibantu oleh orang dewasa sekaligus tidak perlu kwatir ditabrak oleh kendaraan apapun. Sejenak saya berdiri di tengah jalan, menarik nafas panjang, menikmati kebebasan sebagai penguasa jalan. Mengambil posisi seperti cowboy di film, dengan gerakan hebat menembak ke kanan dan ke kiri, seolah olah semua kendaraan adalah musuh yang saya berhasil lenyapkan. Bang!... Bang!
Dengan jalan yang bebas dari kendaraan, tentu saja banyak orang tua atau muda yang juga turun bermain di jalanan. Ada yang berlomba lari, ada yang main lompat tali, ada yang main sepak bola, ada yang main kasti, ada yang main dengkleng atau berlomba membuat lukisan di permukaan aspal dengan kapur warna warni.
Ketika matahari bersinar lumayan panas, kita mencari perlindungan di bawah bayangan pohon atau rumah dan duduk mengobrol atau bermain cengklak, kelereng atau peris. Setelah itu kita pulang ke rumah masing-masing untuk menikmati makan siang yang umumnya berupa; ketupat entil (ketupat tipis yang dibungkus daun bambu), saur (kelapa parut yang diberi bumbu kemudian dimasak sampai renyah), telor asin dan kacang kapri. Dengan larangan untuk menyalakan api, semua makanan tersebut dimasak sehari sebelumnya.
Di senja hari, ketika sinar matahari tidak begitu panas lagi, anak-anak kecil sekali lagi mendapat kesempatan bermain di jalanan sampai cuaca mulai agak gelap. Ketika cuaca mulai remang-remang kita harus kembali ke rumah dan hanya diijinkan untuk duduk di depan rumah menonton para remaja yang mengambil kesempatan untuk mencari pasangan atau berpacaran. Menonton para remaja itu, saya sempat berpikir betapa enaknya jadi anak remaja waktu hari Nyepi. Pacaran tanpa perlu pergi jauh dari rumah, karena dimanapun sama saja gelapnya. Tapi ketika saya meninjak usia remaja, peraturan untuk merayakan hari raya Nyepi dirubah. Tidak hanya kendaraan yang dilarang berjalan di jalan, pendudukpun tidak diijinkan berjalan di jalan atau keluar dari rumah. Sejak itu, hari raya Nyepi di Bali benar-benar me-Nyepi.
Note: Hari Raya Nyepi untuk tahun 2016, jatuh pada tanggal 9 Maret.
Hari nyepi cocok yah buat rest and relax.. Selamat hari Nyepi , Feona !
ReplyDelete