Elius.
Elius mengingatkan dirinya, ia dan Melina hanya dua orang yang baru kenal. Tidak ada salahnya untuk Melina melepaskan jabatan tangan dengan begitu saja. Elius seharusnya tidak merasa kehilangan saat tangan kontak mereka berakhir. Tapi perasaan Elius tidak mau bercooperate.
Seluruh tubuhnya terasa tertarik ke arah Melina, seolah-olah Melina terbuat dari jutaan magnet dan setiap titik darah Elius seperti butiran pasir yang rindu menempel ke magnet itu.
Elius menarik nafas panjang. Mencoba mengontrol keinginan untuk menyentuh Melina. Sekaligus mengontrol kekecewaan yang menbanjiri hatinya karena kelihatannya Melina merasakan effect yang berlawanan dari apa yang Elius rasakan.
Setelah melepaskan tangan kontak, Melina menggerakkan badannya beberapa centi menjauhi Elius. Ia berdiri dengan dua lengan bersilang di depan badannya, posisi melindungi dirinya dari Elius. Melina menggigit bibirnya bawahnya, kelihatan agak bingung dan kwatir…..
“Dari Indonesia?” Pertanyaan yang Elius harap bisa membuat Melina lebih nyaman dengan situasi mereka.
Melina menatapnya, lengan bersilang di badannya kelihatan lebih relax. “Iya.”
“Bisa bahasa Indonesia?”
No comments:
Post a Comment