Melina.
Wajah Eli tidak bisa dikatakan wajah yang tampan.
Dari mata yang berwarna coklat pekat tidak lebar atau sipit, hidung yang walaupun lurus tapi tidak mancung, bibir yang kehitaman tidak tipis atau tebal dan terbaring agak miring di atas wajah kulit coklat tua, semuanya tidak ada yang istimewa.
Badan Eli walaupun lebih tinggi dari kebanyakan orang, agak kurus untuk memasuki katagori ganteng.
Lalu apa yang menarik Melina sampai ia merasa kehilangan ketika sentuhan mereka terputus?
Apakah senyum Eli? Yang seperti matahari terbit pada akhir malam yang dingin , mili demi mili menghangati seluruh tubuh Melina?
Atau mata Eli ketika pandangan mereka bertemu? Yang seperti pelabuhan teduh dan penuh perlindungan buat perahu di hati Melina yang selama ini tanpa Melina sadari terombang ambing tanpa tujuan di lautan yang tanpa batas?
Melina tidak bisa menjawab dengan jelas.
Yang jelas, daya tarik Eli ke seluruh badan dan nurani Melina melebihi daya tarik matahari ke sembilan planet di Tata Surya.
Yang jelas, sebagai istri lelaki lain, Melina harus menjauhi Eli.
Melina melangkah mundur, tapi Eli telah melangkah maju dan tanpa rasa sungkan menarik Melina kepelukannya.
Melina ingin menolak tetapi……..
No comments:
Post a Comment