Elius.
Beberapa menit kemudian.
Dengan tergesa, Elius mengganti kaos yang ternoda kopi dengan kaos yang bersih.
Sementara itu, wanita tersebut berjalan ke belakang Lexus. Membuka bagasi, menurunkan tiga tas besar dari bagasi, menutup bagasi, kemudian berjalan ke pintu depan laundromat.
Tawa kecil lepas dari bibir Elius, melihat wanita tersebut melompat dari satu kaki ke kaki lainnya di depan pintu laundromat, sebelum ia menyadari pintu laundromat bukan pintu yang terbuka dengan otomatis.
Ketika Elius memasuki laundromat, ia menemukan wanita itu terpaku di depan vending machine yang menjual sabun cuci di bagian belakang laundromat. Tiga tas besar dari bagasi berada di sisinya.
‘Pilih yang mana?’ Seolah-olah wanita itu terpesona dengan banyaknya pilihan sabun cuci.
Elius juga terpaku di tempatnya. ‘Now, what?’
Beberapa menit yang lalu, instict untuk melindungi, mendorong Elius untuk mengejar wanita tersebut. Tetapi….melihat wanita itu berada dalam keadaan selamat, Elius kehilangan motif, tidak tahu langkah berikutnya. Apalagi ia menyadari betapa ‘mahal’nya wanita tersebut ; tas, sepatu, jeans dan kaos putihnya berharga jauh dari jangkauan gaji Elius.
Sinar matahari sore yang menerobos dari jendela laundromat, membuat bayangan Elius memanjang dan menyentuh wanita tersebut. Membangunkan perasaan ngilu di hati Elius; kerinduan menyentuh wanita tersebut dengan tubuhnya sendiri bukan hanya oleh bayangan badannya.
No comments:
Post a Comment