Elius.
Menonton perlombaan tali tarik yang berlangsung.
“Tarik…ayo…..Tarik…” teriak referee memberi semangat ke kedua group yang berlomba. Group pria sebelah kanan, group wanita sebelah kiri. Ini perlombaan keempat. Group pria menang tiga perlombaan sebelumnya.
Dari bawah kerindangan pohon terdekat, tatapan Elius sekali lagi kembali ke wajah wanita nomor tiga dari pertengahan tali.
“ Tariiiiiik……ayoooooo….” referee berteriak lagi.
Wajah wanita itu mengkerut, tersenyum, tercampur jadi satu. Walaupun sudah kalah tiga kali dia masih menikmati perlombaan, tetap berharap bisa menang sekali ini.
Wajahnya menciut ketika tali mulai tertarik ke arah group pria, group wanita jelas akan kalah kalau tidak dibantu.
Elius tanpa pikir lari kearah perlombaan. Mengambil posisi di belakang wanita tersebut. Tangan mencengkram dan menarik tali sekuat kuatnya. Boom!!! Tali tertarik ke arah mereka. Mereka menang.
Tubuh wanita di depan Elius tersandung ke belakang, mendarat di dada Elius. Dengan reflex Elius menangkap bahu wanita tersebut. Mata mereka bertemu.
Wajah wanita tersebut mulus seperti boneka Jepang. Hidung munggil tapi tidak begitu mancung. Mata tidak sipit, tidak lebar, tapi menatap Elius seolah mereka kenal beberapa abad. Jantung Elius bergetar seperti rumah reyot digoncang gempa. Tangan yang menyentuh bahu terbakar oleh keinginan untuk memeluk wanita tersebut. Apa yang terjadi?
No comments:
Post a Comment