Elius.
“Bad. Really bad. That bad, huh?” Wanita itu bertanya.
Elius hanya bisa mengangguk. Benjolan sebesar telur bebek itu memang benar- benar bad, tapi wanita itu tetap menarik, bahkan lebih menarik dari satu detik ke detik lainnya dalam pandangan Elius.
“I am really sorry…..” Apalagi yang Elius bisa katakan? “That’s got to be hurt like hell. I am sorry.”
Tiba- tiba wanita itu melepaskan tawa kecil.
“You’ve got one too.”
Moment berikutnya, Elius merasakan sentuhan tangan wanita itu pada benjolan di dahinya.
Hurt like hell, yes! Tapi.....
......... sentuhan tangan wanita itu juga mengirim Elius ke tanah yang bernama sorga.
“Is it hurt?” Wanita itu menarik tangannya kembali.
Elius menggelengkan kepala. “A little. I have a hard head, you know.” Elius mengangkat karpet yang mereka sailing tarik, beberapa saat yang lalu.
Wanita itu tersenyum. Elius juga tersenyum.
Beberapa detik, seabad di perasaan Elius, lewat diantara mereka. Elius menyandar pada satu mesin cuci, satu meter darinya, wanita itu juga menyandar pada satu mesin cuci yang lain. Satu meter yang selebar Grand Canyon dipandangan Elius. Elius mengingat lagi sentuhan wanita itu. Ia harus menyebrangi Grand Canyon yang memisahkan mereka.
“Yesterday….” Elius berdesah, “We’d met….remember?”
Wanita itu menggigit bibirnya, pipinya memerah…….
No comments:
Post a Comment